SARIASIH.id - Ginjal berfungsi menjalankan tugas menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah, serta menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan dalam tubuh. Ketika fungsi ginjal gagal, produk limbah dan cairan berlebih dapat menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Sari Asih Ciputat, dr. Prawitasari Eviarini, SpPD, menjelaskan jika ginjal tidak berfungsi dengan baik maka disebut dengan gagal ginjal dimana terdapat dua jenis utama gagal ginjal, yaitu akut dan kronis.
“Pada gagal ginjal akut, terjadinya secara tiba-tiba dan sering kali disebabkan oleh cedera atau penyakit yang mengganggu aliran darah ke ginjal, kerusakan ginjal langsung, atau penyumbatan saluran kemih,” ujar dr. Prawitasari Eviarini, SpPD.
Penyebab gagal ginjal akut diterangkan Spesialis Penyakit Dalam RS Sari Asih Ciputat ini, bisa banyak faktor, seperti dehidrasi, infeksi berat, keracunan obat-obatan tertentu hingga mendadak.
“Gejalanya bisa penurunan volume urin, bengkak pada kaki, kesulitan bernafas, kelelahan atau juga bisa muncul kebingungan,” tambahnya.
Sementara untuk gagal ginjal kronis berkembang secara bertahap selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan terjadi ketika ginjal mengalami penurunan fungsi secara progresif.
“Penyebab umumnya bisa karena diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi). Sedangkan penyebab lain termasuk penyakit ginjal polikistik, penyakit autoimun, atau infeksi ginjal berulang,” sebut dr. Prawitasari Eviarini, SpPD.
Sedangkan gejala gagal ginjal kronis dijelaskan dr. Prawitasari Eviarini, SpPD , mungkin tidak ada gejala di awal. Akan tetapi seiring perkembangan penyakit, gejala bisa meliputi kelelahan, mual, muntah, kram otot, penurunan volume urin, bengkak pada kaki dan tangan, gatal-gatal, hingga sesak napas.
Pengobatan gagal ginjal lebih jauh dijelaskan dr. Prawitasari Eviarini, SpPD, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Bisa melalui obat-obatan dan diet hingga dialisis.
“Dialisis adalah prosedur untuk menyaring darah untuk menghilangkan limbah dan cairan berlebih saat ginjal tidak lagi berfungsi. Dialisis bisa melalui hemodialisis dan Dialisis peritoneal,” ujarnya.
Sejauh ini, para ahli dari berbagai belahan dunia hingga kini sepakat bahwa Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) adalah pilihan terapi pengganti fungsi ginjal yang lebih baik dibandingkan cuci darah atau hemodialisis.
Salah satu keuntungan terbesar CAPD adalah kemampuannya memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien. Dengan CAPD, pasien dapat menjalani dialisis secara mandiri tanpa tergantung pada mesin, sehingga mereka bisa lebih leluasa dalam beraktivitas dan merasakan kendali lebih besar atas keseharian mereka.
“CAPD dapat dilakukan oleh pasien sendiri di rumah, di tempat kerja, atau di mana saja. Tidak memerlukan mesin seperti dialisis hemodialisis,” ujar dr. Prawitasari Eviarini, SpPD.
Sehingga menurutnya pasien dapat menjalani dialisis secara mandiri dengan peralatan sederhana dan pasien bisa tetap aktif selama proses berlangsung, sehingga memungkinkan lebih bebas.