Tuberkulosis, Faktor Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim

Tuberkulosis, Faktor Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim

sariasih.id - Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 10 juta orang terinfeksi TB setiap tahun dan 1,3 juta meninggal dunia. Tuberkulosis sudah lama dikenal dan bisa disembuhkan, akan tetapi penyebaran TB masih menjadi tantangan besar terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Perubahan iklim merupakan tantangan baru dalam upaya penanggulangan penyakit ini. Krisis iklim bisa memperburuk penyebaran penyakit TB, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Apa Itu TB?

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini bisa menyerang paru. Penyakit ini menular lewat udara, terutama saat penderita batuk, bersin, atau berbicara.

Gejala TB antara lain:

  • Batuk berdahak lebih dari 2 minggu (kadang berdarah)
  • Demam atau meriang berkepanjangan
  • Berat badan turun drastis
  • Keringat malam berlebihan
  • Lemas dan kurang nafsu makan

Faktor Risiko Penularan TB

Menurut dr. Nurmila Sari, Sp.P, Dokter Paru RS Sari Asih Bintaro penyebaran TB sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan sosial, seperti:

  1. Ventilasi buruk
  2. Bakteri TB mudah menyebar di ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara.
  3. Kepadatan penduduk
  4. Tinggal di tempat padat seperti kos, asrama, atau pemukiman sempit meningkatkan risiko penularan.
  5. Daya tahan tubuh lemah, gizi buruk, stres kronis, HIV/AIDS, atau penyakit kronis lain membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi TB.
  6. Sanitasi dan akses layanan kesehatan yang buruk. 

"Keterlambatan diagnosis dan pengobatan akan memperburuk kondisi penderita TB," ujarnya .

Perubahan Iklim dan TB

Meskipun TB bukan penyakit akibat perubahan iklim secara langsung, namun tidak di pungkiri jika dampak perubahan iklim memperbesar risiko TB. 

Berikut beberapa keterkaitannya menurut dr. Nurmila Sari, Sp.P :

1. Suhu ekstrem dan sistem imun

Suhu panas atau dingin ekstrem, perubahan suhu dapat melemahkan daya tahan tubuh sehingga lebih mudah terinfeksi TB.

2. Cuaca ekstrem dan vencana alam

Banjir, longsor dan kekeringan bisa menyebabkan pengungsian massal. Di tempat pengungsian yang padat dan tertutup, risiko penularan TB meningkat. 

3. Polusi udara

Perubahan iklim disertai peningkatan polusi udara. Polutan dapat merusak paru dan mempermudah terjadinya infeksi saluran napas, termasuk TB.

4. Minim pajanan sinar matahari

Bakteri TB lebih tahan lama di tempat yang lembab dan gelap. Perubahan musim yang panjang dan curah hujan tinggi bisa menyebabkan rumah tertutup rapat, sirkulasi udara minim serta pencahayaan alami kurang.

5. Kemiskinan dan migrasi

Perubahan iklim berdampak pada pertanian, ekonomi dan ketersediaan pangan yang bisa memicu kemiskinan dan migrasi penduduk. Kondisi ini meningkatkan kerentanan terhadap penyakit infeksi, termasuk TB.

Ini yang bisa dilakukan sebagai langkah awal pencegahan :

  • Buka jendela setiap hari agar udara dan sinar matahari masuk.
  • Jaga kebersihan rumah dan lingkungan.
  • Segera periksa ke dokter jika batuk tak kunjung sembuh lebih dari 2 minggu.
  • Dukung orang dengan TB agar rutin minum obat sampai sembuh.

Tuberkulosis bukan hanya masalah medis tapi juga persoalan sosial dan lingkungan. Perubahan iklim memperburuk kondisi-kondisi yang memungkinkan TB menyebar lebih luas dan lebih cepat. Maka dari itu, strategi penanggulangan TB harus disesuaikan dengan tantangan zaman, termasuk ancaman krisis iklim yang kini kian nyata.

“Tuberkulosis bisa dicegah dan disembuhkan secara total, asalkan menjalani pengobatan secara rutin sesuai petunjuk dokter.” sebut dr.Nurmila Sari, Sp.P.


Tips Kesehatan Terkait

Chat Info

Layanan Online atau Tanya Informasi Lainnya. Operasional : 08:00 - 22:00